Friday, 13 November 2015

Ritual Harakiri dan Hutan Aokigahara yang Berbau Kematian di Jepang

1.HARAKIRI

Jepang negara yang di juluki matahari terbit ini memiliki sebuah tradisi yang di anggap ambigu oleh mata dunia, yaitu tradisi Harakiri. Harakiri adalah ritual bunuh diri yang di lakukan untuk menjaga kehormatan keluarga atau jika seseorang telah merasa tidak kuasa untuk menanggung beban hidup. Harakiri juga di lakukan sebagian orang, karena merasa dirinya tidak mampu bekerja keras layaknya orang-orang di sekitarnya dan menganggap dirinya tak berguna, lantas mengambil jalan pintas.



Harakiri atau tradisi bunuh diri yang berasal dari Negeri Sakura ini telah dikenal oleh bangsa lain. Hanya saja di negaranya, harakiri lebih dikenal dengan sebutan Seppuku. Walaupun di Jepang sendiri istilah harakiri dianggap sebagai istilah yang kasar.Dalam perkembangannya, harakiri dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan rasa ketidak-setujuannya kepada keputusan penguasa (baik raja maupun pemerintah modern).



Tindakan bunuh diri, dalam bahasa Jepang disebut dengan seppuku atau harakiri yang jika dilihat dari kanjinya dapat diartikan sebagai tindakan memotong atau merobek perut. Tindakan ini dahulu merupakan salah satu ritual yang dilakukan oleh para kaum bushi atau ksatria samurai. Bushi akan melakukan ritual harakiri apabila mereka tertangkap oleh musuh karena berprinsip lebih baik mati daripada harus disiksa oleh musuh, dan jika bushi tersebut melakukan pengkhianatan atau gagal dalam tugasnya, sebagai wujud dari penyesalan dan tanggung jawabnya karena telah mengecewakan kelompoknya. Ritual harakiri ini akan dilakukan di depan kelompoknya (jika berupa hukuman karena gagal bertugas) dengan sebuah pisau tradisional yang bernama tanto, setelah membuka kimono yang dikenakan, perut dirobet dari arah kiri ke kanan hingga isi perut bushi tersebut keluar.



Harakiri juga kadang dilakukan sebagai bentuk dari hukuman mati bagi samurai yang telah melakukan pelanggaran serius seperti pembunuhan yang tidak beralasan, pemerkosaan, perampokan, korupsi, pengkhianatan dan kejahatan lain yang tak termaafkan.



Harakiri biasanya dilakukan dengan upacara atau ritual yang rumit. Orang yang hendak bunuh diri mandi dulu bersih-bersih, lantas pakai pakaian putih-putih, makan dulu, baru sesudahnya siap-siap untuk memulai penusukan. Orang yang bersangkutan akan duduk diam dengan tanto diletakkan di depannya. Kemudian menulis puisi terlebih dahulu. Setelah menyelesaikan puisinya, orang itu mengambil tanto yang lantas ditusukan ke perut agak ke kiri lantas tanto digeser ke kanan, yang terakhir ke atas sedikit, agar isi perutnya keluar. Setelah aksi penusukan tersebut, sekarang giliran Kaishakunin beraksi menyabet lehernya. tanto bekas pakai tadi lalu diletakkan di piring bekas makan tadi.



Tindakan harakiri pertama kali dilakukan oleh Minamoto no Yorimasa ketika perang Uji pada tahun 1180. Tindakan harakiri ini banyak dilakukan oleh daimyo (pemimpin tertinggi kaum bushi) yang kalah pada suatu perang atas perintah daimyo yang memenangkan perang tersebut. Tindakan bunuh diri dari daimyo yang kalah ini akan memberikan dampak psikologis bagi pengikutnya, sehingga tidak akan ada yang berani untuk melakukan perlawanan. Toyotomi Hideyoshi sering menggunakan metode ini untuk melumpuhkan kekuatan musuhnya yang sudah kalah.


2.HUTAN AOKIGAHARA



Di kaki Gunung Fuji, Jepang, terdapat sebuah hutan yang dinamakan Hutan Aokigahara, yang memiliki pepohonan lebat dan dijuluki sebagai “lautan pohon”. Hutan ini memiliki bebatuan indah dan gua-gua es yang beberapa di antaranya menjadi destinasi wisata popular. Tapi bukan itu yang paling menarik dari hutan itu. Namun ada fakta lain di mana Aokigahara merupakan tempat popular bagi orang-orang Jepang untuk bunuh diri (harakiri), dan menjadi tempat paling angker di Negeri Sakura tersebut.



Popularitas Hutan Aokigahara sebagai tempat bunuh diri paling popular dan paling angker di Jepang ini diperkuat melalui sebuah novel laris berjudul “Koroi Jukai karya Seicho Matsumoto”.Novel terbitan tahun 1960 ini menceritakan dua orang yang dimabuk cinta berkomitmen mengakhiri nyawa demi cinta mereka di hutan tersebut.



Namun sejarah Aokigahara sebagai tempat bunuh diri sudah ada jauh sebelum novel itu beredar.Aura kematian sudah lama tercium dari hutan ini. Ritual Ubasute, menyepi di hutan ini hingga ajal tiba, sudah ada sejak abad ke-19. Aokigahara bahkan disebut-sebut memiliki kaitan historis dengan setan atau hantu dalam mitologi Jepang.



Seperti diketahui, masyarakat Jepang di masa lalu memiliki tradisi bunuh diri atau harakiri. Tradisi ini biasanya dilakukan para jawara yang kalah bertarung dalam duel samurai. Sayangnya, tradisi harakiri ini lalu disalahartikan dan menjalar untuk hal-hal lain, termasuk putus cinta, depresi, dan lain-lain.



Tubuh mayat yang terkadang sudah membusuk lalu diletakkan di kamar khusus para korban bunuh diri. Para pekerja hutan kemudian melakukan undian unik. Siapa yang kalah diberi tugas khusus, yaitu tidur di ruangan bersama jenazah korban bunuh diri.



Sebab jika mayat ditinggalkan sendirian, pasti akan berakibat buruk. Arwah penasaran yang disebut yurei akan menjerit-jerit sepanjang malam. Tak hanya itu, jenazah akan berpindah dengan sendirinya ke tempat lain.




Tidak jarang pula saat orang memasuki hutan ini langsung diselimuti suasana mencekam dan kabut selimut yang menusuk. Banyak pengunjung, pekerja, dan relawan pencari mayat menemui hal-hal aneh seperti sosok bayangan hitam atau perasaan selalu diawasi dan diikuti saat di dalam hutan.


0 komentar:

Post a Comment