1.HARAKIRI
Jepang negara yang di juluki matahari terbit ini memiliki
sebuah tradisi yang di anggap ambigu oleh mata dunia, yaitu tradisi Harakiri.
Harakiri adalah ritual bunuh diri yang di lakukan untuk menjaga kehormatan keluarga
atau jika seseorang telah merasa tidak kuasa untuk menanggung beban hidup.
Harakiri juga di lakukan sebagian orang, karena merasa dirinya tidak mampu
bekerja keras layaknya orang-orang di sekitarnya dan menganggap dirinya tak
berguna, lantas mengambil jalan pintas.
Harakiri atau tradisi bunuh diri yang
berasal dari Negeri Sakura ini telah dikenal oleh bangsa lain. Hanya saja di
negaranya, harakiri lebih dikenal dengan sebutan Seppuku. Walaupun di Jepang
sendiri istilah harakiri dianggap sebagai istilah yang kasar. Dalam perkembangannya, harakiri dilakukan oleh seseorang untuk menunjukkan rasa ketidak-setujuannya kepada keputusan penguasa (baik raja maupun pemerintah modern).
Tindakan bunuh diri, dalam bahasa Jepang disebut dengan
seppuku atau harakiri yang jika dilihat dari kanjinya dapat diartikan sebagai
tindakan memotong atau merobek perut. Tindakan ini dahulu merupakan salah satu
ritual yang dilakukan oleh para kaum bushi atau ksatria samurai. Bushi akan
melakukan ritual harakiri apabila mereka tertangkap oleh musuh karena
berprinsip lebih baik mati daripada harus disiksa oleh musuh, dan jika bushi
tersebut melakukan pengkhianatan atau gagal dalam tugasnya, sebagai wujud dari
penyesalan dan tanggung jawabnya karena telah mengecewakan kelompoknya. Ritual
harakiri ini akan dilakukan di depan kelompoknya (jika berupa hukuman karena
gagal bertugas) dengan sebuah pisau tradisional yang bernama tanto, setelah
membuka kimono yang dikenakan, perut dirobet dari arah kiri ke kanan hingga isi
perut bushi tersebut keluar.
Harakiri juga kadang dilakukan sebagai bentuk dari hukuman
mati bagi samurai yang telah melakukan pelanggaran serius seperti pembunuhan
yang tidak beralasan, pemerkosaan, perampokan, korupsi, pengkhianatan dan
kejahatan lain yang tak termaafkan.
Harakiri biasanya dilakukan dengan upacara atau ritual yang
rumit. Orang yang hendak bunuh diri mandi dulu bersih-bersih, lantas pakai
pakaian putih-putih, makan dulu, baru sesudahnya siap-siap untuk memulai
penusukan. Orang yang bersangkutan akan duduk diam dengan tanto diletakkan di
depannya. Kemudian menulis puisi terlebih dahulu. Setelah menyelesaikan
puisinya, orang itu mengambil tanto yang lantas ditusukan ke perut agak ke kiri
lantas tanto digeser ke kanan, yang terakhir ke atas sedikit, agar isi perutnya
keluar. Setelah aksi penusukan tersebut, sekarang giliran Kaishakunin beraksi
menyabet lehernya. tanto bekas pakai tadi lalu diletakkan di piring bekas makan
tadi.
Tindakan harakiri pertama kali dilakukan oleh Minamoto no
Yorimasa ketika perang Uji pada tahun 1180. Tindakan harakiri ini banyak
dilakukan oleh daimyo (pemimpin tertinggi kaum bushi) yang kalah pada suatu
perang atas perintah daimyo yang memenangkan perang tersebut. Tindakan bunuh
diri dari daimyo yang kalah ini akan memberikan dampak psikologis bagi
pengikutnya, sehingga tidak akan ada yang berani untuk melakukan perlawanan.
Toyotomi Hideyoshi sering menggunakan metode ini untuk melumpuhkan kekuatan
musuhnya yang sudah kalah.
2.HUTAN AOKIGAHARA
Di kaki Gunung Fuji, Jepang, terdapat sebuah hutan yang
dinamakan Hutan Aokigahara, yang memiliki pepohonan lebat dan dijuluki sebagai
“lautan pohon”. Hutan ini memiliki bebatuan indah dan gua-gua es yang beberapa
di antaranya menjadi destinasi wisata popular. Tapi bukan itu yang paling
menarik dari hutan itu. Namun ada fakta lain di mana Aokigahara merupakan
tempat popular bagi orang-orang Jepang untuk bunuh diri (harakiri), dan menjadi
tempat paling angker di Negeri Sakura tersebut.
Popularitas Hutan Aokigahara sebagai tempat bunuh diri
paling popular dan paling angker di Jepang ini diperkuat melalui sebuah novel
laris berjudul “Koroi Jukai karya Seicho Matsumoto”.Novel terbitan tahun 1960 ini menceritakan dua orang yang
dimabuk cinta berkomitmen mengakhiri nyawa demi cinta mereka di hutan tersebut.
Namun sejarah Aokigahara sebagai tempat bunuh diri sudah ada jauh sebelum novel
itu beredar.Aura kematian sudah lama tercium dari hutan ini. Ritual
Ubasute, menyepi di hutan ini hingga ajal tiba, sudah ada sejak abad ke-19.
Aokigahara bahkan disebut-sebut memiliki kaitan historis dengan setan atau
hantu dalam mitologi Jepang.
Seperti diketahui, masyarakat Jepang di masa lalu memiliki
tradisi bunuh diri atau harakiri. Tradisi ini biasanya dilakukan para jawara
yang kalah bertarung dalam duel samurai. Sayangnya, tradisi harakiri ini lalu
disalahartikan dan menjalar untuk hal-hal lain, termasuk putus cinta, depresi,
dan lain-lain.
Tubuh mayat yang terkadang sudah membusuk lalu diletakkan di
kamar khusus para korban bunuh diri. Para pekerja hutan kemudian melakukan
undian unik. Siapa yang kalah diberi tugas khusus, yaitu tidur di ruangan
bersama jenazah korban bunuh diri.
Sebab jika mayat ditinggalkan sendirian, pasti akan
berakibat buruk. Arwah penasaran yang disebut yurei akan menjerit-jerit
sepanjang malam. Tak hanya itu, jenazah akan berpindah dengan sendirinya ke
tempat lain.
Tidak jarang pula saat orang memasuki hutan ini langsung
diselimuti suasana mencekam dan kabut selimut yang menusuk. Banyak pengunjung,
pekerja, dan relawan pencari mayat menemui hal-hal aneh seperti sosok bayangan
hitam atau perasaan selalu diawasi dan diikuti saat di dalam hutan.